Logo loader Letter loader

Dinas Kesehatan Sosialisasikan Hasil Bulan Penimbangan Balita di Kota Serang 2017

     

Pemerintah terus berupaya meningkatkan status gizi masyarakat, sehingga hal ini menjadi fokus dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan, yang beberapa targetnya meliputi peningkatan status gizi balita, diantaranya adalah menurunnya bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (8%), menurunnya prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita (17%), menurunnya prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) anak balita dua tahun (28%) dan prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) anak balita (9,5%).

Data Global Nutrition Report (GNR) 2014 menyebutkan, Indonesia termasuk di dalam 17 negara dari 117 negara di dunia yang secara bersama-sama mempunyai tiga masalah gizi serius pada balita. Tiga masalah tersebut yaitu perawakan pendek atau stunting (37,2%), wasting  atau kurus dan bergizi buruk (12,1%), serta overweight  atau obesitas (11,9%). Indonesia juga termasuk dalam 47 negara dari 122 negara yang mempunyai masalah stunting  dan anemia WUS (Wanita Usia Subur) bersama-sama.

Kecukupan gizi menjadi masalah klasik yang terus ada di seluruh Indonesia. balita kurus dan pendek harus ditangani melalui kerja sama Pemerintah dan masyarakat.  Pemerintah menargetkan angka balita pendek bisa turun dua hingga tiga persen pada 2017, angka tersebut setara dengan 24 hingga 25 persen dibanding jumlah sebelumnya sebesar 27 persen pada 2016.

Dalam perbaikan gizi di Indonesia diperlukan satunya visi dan platform semua stakeholders terkait. Koordinasi dan sinergi berbagai pemangku kepentingan untuk intervensi spesifik dan sensitif gizi yang mendukung dari semua stakeholders dan sektor Pemerintah terkait (pertanian, perikanan, dinas pendidikan, BKKBN, agama, perdagangan, perindustrian, dll), swasta, LSM, dan masyarakat, sehingga permasalahan gizi bukan hanya tanggung jawab dinas kesehatan semata namun menjadi tanggung jawab bersama.

Kurang gizi terjadi karena akses terhadap pangan rendah, pola asuh yang salah, kurang nya sanitasi yang memadai, rendahnya pemberdaya masyarakat dan yang paling utama adalah kemiskinan.       

Masalah gizi mempunyai dimensi yang sangat luas, baik terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia maupun penyebabnya. gizi buruk baik langsung maupun tidak langsung akan menurunkan tingkat kecerdasan anak, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak serta menurunnya produktivitas masyarakat Kota Serang.

Upaya untuk penanganan gizi buruk difokuskan pada keluarga miskin, karena gizi buruk 90% terjadi terjadi pada keluarga miskin meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk mengurangi bayi dengan berat lahir rendah, meningkatkan perbaikan gizi mikro, dan makro. meningkatkan program perbaikan gizi berbasis masyarakat, dengan realisasi posyandu, serta melibatkan sektor lain yang terkait erat dengan gizi melalui SKPG (sistem kewaspadaan pangan dan gizi), dan program pengentasan kemiskinan.

Pemerintah Kota Serang melalui Dinas Kesehatan Kota Serang mengadakan Sosialisasi Hasil Bulan Penimbangan Balita. Menimbang balita secara rutin merupakan kegiatan penting yang bertujuan untuk memantau tumbuh kembang balita, dimana menimbang balita setiap merupakan salah satu diantara perilaku keluarga sadar Gizi untuk untuk mewujudkan balita dan keluarga yang sehat serta sadar gizi. Bulan penimbangan merupakan kegiatan penimbangan balita yang dilakukan serentak selama satu bulan di Kota Serang, karena sosialisasi ini perlu dilaksanakan agar unsur-unsur  terkait dapat memahami dan menjalankan kegiatan BPB. Tujuan sosialisasi ini untuk diketahuinya status gizi balita yang ada di Kota Serang, diketahuinya pravelensi gizi buruk, diketahuinya daerah rawan gizi buruk.

Menghadirkan narasumber dari Kemenkes Kasubdit Kewaspadaan  Dini Gizi , dari BAPPEDA Kota Depok, dan Dinas Kesehatan Kota Serang Kabid Kesehatan Masyarakat. Peserta 70 orang dari OPD, PKK, Camat, Lurah dan tenaga kesehatan.

Walikota Serang H.Tb.Haeul Jaman,SE mengatakan bahwa pertemuaan pada hari ini diharapkan terbentuknya kesepakatan bersama dalam rangka penanganan gizi buruk di Kota Serang secara lintas sektoral bukan hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan saja, sehingga kejadian gizi buruk dapat di tekan seminim mungkin dan tujuan peningkatan kualitas sumberdaya manusia dapat terlaksana dengan baik.

    

 

Kota Serang terdiri dari 6 kecamatan dan 67 kelurahan.